Surakarta, 10/10/24 – Simposium Kependudukan Nasional 2024 menjadi momen penting dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045. Kegiatan yang diselenggarakan pada hari Rabu kemarin, tanggal 9 Oktober 2024 dan bertempat di Universitas Sebelas Maret (UNS) Tower ini, mengusung tema “Transformasi Kebijakan Kependudukan Menuju Indonesia Emas 2045”. Acara ini mengkaji strategi dan kebijakan yang diperlukan untuk memanfaatkan potensi demografi yang ada dalam negara untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan inklusif. Indonesia dengan populasi penduduk lebih dari 280 juta jiwa, memiliki demografi yang unik.
Dalam menghadapi tantangan global dan domestik, transformasi kebijakan kependudukan menjadi sangat krusial untuk memaksimalkan potensi sumber daya manusianya. Simposium ini bertujuan untuk mengklasifikasi langkah-langkah strategis dalam mengelola populasi untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045. Selain itu, Simposium Kependudukan Nasional 2024 ini, bertujuan untuk mengkaji kebijakan kependudukan yang ada serta mengevaluasi efektivitasnya dalam konteks pembangunan dan untuk membangun sinergi antara pemerintah, akademisi, dan sektor lainnya guna merumuskan kebijakan yang holistik.
Dr. Sundoyo, S.H., M.K.M., M.HUM selaku Plt. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjelaskan bahwa kebijakan kependudukan harus melibatkan banyak pihak untuk meningkatkan kualitas hidup dan daya saing bangsa. Dirinya mengharapkan sinergi antara akademisi dan praktisi untuk merumuskan perencanaan kependudukan yang lebih baik. Pj Walikota Surakarta pun dalam sambutannya yang dibacakan Purwanti, menegaskan pentingnya perhatian terhadap kependudukan sebagai kunci pembangunan yang berkelanjutan.
Acara Simposium Kependudukan Nasional 2024 mencakup dua sesi dalam satu harinya. Sesi pertama dengan pembicara Kepala Badan Gizi Nasional, Staf Ahli Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, serta Kepala Sekretariat Nasional SDGs dilaksanakan mulai pukul 08.00 hingga 12.00 Waktu Indonesia Barat (WIB). Pemaparan materi oleh ketiga narasumber di sesi pertama ini, mengarah pada kebijakan pemerintah terkait program makan siang gratis dan kebutuhan pangan Indonesia, pentingnya pendidikan tinggi untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), serta capaian SDGs bidang kependudukan dan upaya transformasi kebijakan kependudukan menuju Indonesia Emas 2045.
Berbeda halnya dengan sesi kedua yang dimulai pada pukul 13.00 hingga 17.00 WIB, pembicaranya adalah rektor-rektor dari delapan Universitas terpilih, diantaranya Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS), Rektor Insititut Pertanian Bogor (IPB) University, Rektor Universitas Airlangga (Unair), Rektor Universitas Negeri Padang (UNP), Rektor Universitas Tadulako (UNTAD), Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan Rektor Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC). Delapan rektor yang terpilih narasumber ini menyampaikan materi dengan topik yang berbeda-beda. Rektor IPB memaparkan materi tentang pangan dan kemiskinan, sedangkan yang kedua Rektor UNS menyampaikan materi tentang kesehatan terutama untuk kalangan lansia.
Materi ketiga disampaikan oleh Rektor UNP dengan topik mengintegrasikan agenda pendidikan untuk penanggulangan permasalahan kependudukan dalam pencapaian SDGs. Selanjutnya materi yang keempat disampaikan oleh Rektor UNJ yaitu terkait IKN dan dampaknya terhadap mobilitas dan persebaran penduduk. Materi kelima dibawakan oleh Rektor IPDN tentang kebijakan dan program pembangunan kependudukan. Rektor Unair mendapat bagian keenam dengan materi menghapus stunting, merah bonus demografi, dan pertumbuhan ekonomi. Lalu materi yang ketujuh mengenai pembangunan kota berkelanjutan berbasis bencana dipaparkan oleh Rektor UNTAD dan yang kedelapan materi tentang transformasi ekonomi disampaikan oleh Rektor UMC. Seusai penyampaian materi dari delapan rektor, masih ada pembahasan tentang Program Asta Cita.