Urbanisasi dan Bonus Demografi dalam Menyongsong Indonesia Emas 2045

Surakarta, 19/10/24 – Pada tahun 2045, Bangsa Indonesia akan mencapai tonggak sejarah yaitu berada pada usia ke-100 kemerdekaan. Momentum inilah yang dinamakan sebagai Indonesia Emas, yang mana harapannya Indonesia telah menjadi bangsa yang lebih berkualitas, cerdas, kreatif, dan inovatif. Namun, untuk merealisasikannya ada dua faktor yang harus dioptimalkan yaitu urbanisasi dan bonus demografi. Bonus demografi adalah fenomena dimana jumlah penduduk usia produktif dalam suatu negara itu lebih banyak dibandingkan dengan usia penduduk non produktif. Pada tahun-tahun yang akan datang, Indonesia akan mengalami bonus demografi besar-besaran. Peningkatan populasi usia produktif (15-64 tahun) mencapai 69,3% dari total penduduk sekitar 318,96 juta jiwa pada tahun 2045. Hal itu berdasarkan hasil proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022.

Sebagai contoh, negara-negara seperti Jepang, Singapura, dan Korea Selatan telah berhasil memanfaatkan fenomena ini untuk menjadi negara-negara maju. Bonus demografi dapat dijadikan peluang yang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan pendapatan nasional dan transformasi ekonomi. Akan tetapi, kondisi ini juga dapat menjadi ancaman besar jika tidak dikelola dengan baik, seperti rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), tingginya angka pengangguran, dan dampak negatif sosial lainnya. Selain bonus demografi, urbanisasi juga harus dimaksimalkan. Urbanisasi merupakan proses migrasi atau perpindahan penduduk dari pedesaan ke kota-kota besar. Di Indonesia, urbanisasi telah berlangsung pesat dengan lebih dari 60% penduduknya tinggal di wilayah perkotaan. Urbanisasi tidak hanya meningkatkan densitas penduduk melainkan juga memicu aktivitas ekonomi yang lebih kompleks dan dinamis.

Faktor utama yang mendukung urbanisasi adalah infrastruktur yang memadai. Pembangunan infrastruktur seperti transportasi, energi, teknologi informasi dan komunikasi, serta konektivitas akan memperlancar arus barang, jasa, dan manusia. Infrastruktur juga akan meningkatkan daya saing investasi Indonesia dan menciptakan pemerataan pembangunan. Sayangnya, urbanisasi juga membawa tantangan seperti peningkatan polusi udara, air, dan tanah serta tekanan pada fasilitas publik. Dalam menghadapi tantangan ini, pemerintah harus mengimplementasikan strategi yang holistik, termasuk integrasi sistem transportasi ramah lingkungan, manajemen limbah, dan program-program sosial untuk mendampingi para imigran.

Untuk mengoptimalkan bonus demografi dan urbanisasi, pemerintah Indonesia harus mengambil beberapa strategi terkait penguatan kualitas SDM, akselerasi pembangunan infrastruktur pendukung transformasi ekonomi, pemantapan efektivitas implementasi reformasi birokrasi dan penyederhanaan regulasi, pelaksanaan revitalisasi industri dengan hilirisasi, serta mendorong pembangunan dan pengembangan ekonomi hijau. Penguatan kualitas SDM yang unggul dapat dimulai dengan memperhatikan kualitas pendidikan yang ada. Pendidikan harus relevan dan berorientasi pada keahlian serta penguasaan teknologi. Selain dapat mencetak SDM yang memiliki nasionalisme dan integritas tinggi, lulusan pendidikan termasuk pendidikan tinggi harus dapat menciptakan lapangan kerja yang terkoneksi dengan industri dan mengembangkan inovasi dan kreativitas dengan penguasaan teknologi.

Tidak hanya itu, strategi akselerasi pembangunan infrastruktur dapat dimulai pada bidang energi, pangan, konektivitas, TI, dan komunikasi yang diharapkan dapat memacu transformasi ekonomi. Strategi akselerasi pembangunan infrastruktur dapat meningkatkan produktivitas faktor produksi dan memperlancar arus barang/ jasa dan manusia. Berbeda halnya dengan strategi implementasi reformasi birokrasi dan penyederhanaan regulasi dapat meningkatkan efisiensi administrasi pemerintahan sedangkan strategi pelaksanaan revitalisasi dapat digunakan untuk mendorong hilirisasi guna meningkatkan aktivitas ekonomi yang bernilai tinggi dan berbasis ekspor. Hal itu berguna untuk menambah nilai dan daya saing produk domestik. Strategi yang terakhir yaitu mendorong pembangunan ekonomi hijau dapat mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Selain itu dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kinerja ekonomi.

Agar dapat mencapai visi “Indonesia Emas” di tahun 2045, implementasi strategi di atas harus dilakukan secara konsisten, terstruktur, sistematis, dan masif. Pemimpin bangsa pun harus memiliki komitmen yang kuat untuk melaksanakan kebijakan ini bersama-sama dengan seluruh Bangsa Indonesia sebab keberhasilan dapat dicapai dengan adanya kerja keras dan kebersamaan. Seperti yang telah disampaikan Presiden Republik Indonesia sebelumnya, Joko Widodo dalam pidato kenegaraan menekankan pentingnya memanfaatkan potensi bonus demografi untuk meraih Indonesia Emas. Beliau juga menyebut bahwa peningkatan kualitas SDM menjadi kunci serta capaian target seperti penurunan stunting, naiknya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Indeks Pembangunan Gender (IPG).

Urbanisasi dan bonus demografi merupakan dua motor utama yang dapat menjadikan Indonesia menjadi negara mau pada tahun 2045. Melalui strategi yang tepat kita dapat mengoptimalkan potensi yang ada. Namun, haus tetap diingat bahwa kedua fenomena ini juga membawa tantangan yang signifikan. Oleh karena itu, pemerintah harus siap menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang timbul, serta memastikan bahwa kepercayaan publik tetap stabil demi keberlanjutan kebijakan yang diimplementasikan.

 © 2023 Pusat Studi Kependudukan dan Gender LPPM UNS